- Masalah Perkembangan Anak-anak
- Penganiayaan & Penelantaran Anak
- Anak Pemarah
- Disleksia (gangguan membaca)
- Masalah Makan Anak
- Buang air besar tiba-tiba (Encopresis) pada anak
- Tidak Mau Pergi Sekolah
- Gangguan Belajar
- Kesulitan Tidur
- Attention Deficit/Hyperactivity Disorder (ADD, ADH...
- Mengompol
- Kebiasaan Menghentikan Nafas
Masalah Perkembangan Anak-anak
GAGAL BERKEMBANG
Gagal Berkembang adalah suatu keadaan dimana berat badan anak atau
pertambahan berat badan anak secara signifikan berada dibawah berat
badan anak lainnya yang sama umur dan jenis kelaminnya.
Gagal berkembang biasanya ditemukan pada anak kecil, terutama yang berumur dibawah 2 tahun.
Gagal berkembang pada bayi dan anak-anak biasanya ditandai dengan
kegagalan dalam menambah berat badan dan tinggi badan. Pada remaja,
tubuhnya terlihat pendek dan perkembangan seksualnya kurang.
Penyebabnya bisa berupa faktor intrinsik (berasal dari dalam diri anak,
biasanya merupakan masalah kesehatan) atau faktor ekstrinsik (berasal
dari lingkungan diluar anak, biasanya merupakan masalah psikososial).
Yang termasuk ke dalam faktor intrinsik:
# Kelainan kromosom (misalnya sindroma Down dan sindroma Turner)
# Defek pada sistem organ utama
# Kelainan pada sistem endokrin, misalnya kekurangan hormon tiroid, kekurangan hormon pertumbuhan atau kekurangan hormon lainnya
# Kerusakan otak atau sistem saraf pusat yang bisa menyebabkan kesulitan
dalam pemberian makanan pada bayi dan menyebabkan keterlambatan
pertumbuhan
# Kelainan pada sistem jantung dan pernafasan yang bisa menyebabkan
gangguan mekanisme penghantaran oksigen dan zat gizi ke seluruh tubuh
# Anemia atau penyakit darah lainnya
# Kelainan pada sistem pencernaan yang bisa menyebabkan malabsorbsi atau
hilangnya enzim pencernaan sehingga kebutuhan gizi anak tidak terpenuhi
# Beberapa penyakit (misalnya cerebral palsy, gastroenteritis menahun dan refluks gastroesofageal).
Yang merupakan faktor ekstrinsik:
# Faktor psikis dan sosial (misalnya tekanan emosional akibat penolakan atau kekerasan dari orang tua).
Depresi bisa menyebabkan nafsu makan anak berkurang. Depresi bisa
terjadi jika anak tidak mendapatkan rangsangan sosial yang cukup,
seperti yang dapat terjadi pada bayi yang diisolasi dalam suatu
inkubator atau pada anak yang kurang mendapatkan perhatian dari orang
tuanya.
# Faktor ekonomi (dapat mempengaruhi masalah pemberian makanan kepada anak, tempat tinggal dan perilaku orang tua).
Keadaan ekonomi yang pas-pasan dapat menyebabkan anak tidak memperoleh gizi yang cukup untuk perkembangan dan pertumbuhannya
# Faktor lingkungan (termasuk pemaparan oleh infeksi, parasit atau racun).
Faktor resiko terjadinya gagal berkembang:
- Penyakit yang diderita anak tetapi tidak terdiagnosis
- Kemiskinan
- Lingkungan emosional yang negatif
- Tempat tinggal yang berdesakan serta kumuh.
Gejalanya berupa:
- Tinggi badan, berat badan dan lingkar kepala tidak berkembang secar
normal berdasarkan tabel pertumbuhan standar (tinggi badan kurang dari 3
persentil, berat badan 20% dibawah berat badan ideal terhadap tinggi
badan atau kurva pertumbuhannya menurun dari sebelumnya)
- Kemampuan fisik (seperti berguling, duduk, berdiri dan berjalan) berkembang secara lambat
- Kemampuan mental dan sosial tertunda
- Perkembangan ciri seksual sekunder tertunda (pada remaja).
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tinggi badan dan berat
badan. Hasil pengukuran ini dibandingkan dengan hasil pengukuran pada
kunjungan yang lalu dan dengan grafik standar.
Jika laju pertumbuhannya cukup, maka dikatakan normal meskipun anaknya
kecil. Untuk mengetahui mengapa anak ini kecil, perlu dilakukan
pemeriksaan fisik dan ditanyakan mengenai kebiasaan makan, masalah
sosial dan penyakit yang pernah diderita anak maupun anggota keluarga
lainnya.
Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:
# Pemeriksaan darah lengkap (untuk melihat adanya anemia)
# Elektrolit
# Analisa air kemih
# Tes fungsi tiroid
# Pemeriksaan hormon lainnya
# Elektroforesa hemoglobin untuk menentukan adanya penyakit sel sabit
# Rontgen untuk menentukan usia tulang.
Pengobatan tergantung kepada penyebabnya. Setiap penyakit yang diduga
menjadi penyebab terjadinya gagal berkembang, harus diobati.
Kegagalan pertumbuhan akibat faktor gizi dapat diatasi dengan menerapkan
pola makan seimbang dan memberikan pendidikan kepada orang tua.
Jika melibatkan faktor psikososial, pengobatan sebaiknya meliputi
perbaikan dinamika keluarga dan lingkungan tempat tinggal. Sikap dan
perilaku orang tua bisa berpengaruh terhadap masalah anak dan perlu
dievaluasi.
Pada beberapa kasus, anak perlu dirawat di rumah sakit agar bisa
diterapkan suatu rencana pengobatan yang menyeluruh dari segi medis,
perilaku dan psikososial.
Jika keadaan ini belum berlangsung lama dan penyebabnya diketahui serta
dapat diperbaiki, maka anak akan kembali mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang normal.
Jika keadaannya telah berlangsung lama, maka efeknya mungkin juga akan
berlangsung lama dan pertumbuhan serta perkembangan yang normal mungkin
tidak dapat dicapai.
MASALAH PERILAKU
Masalah Perilaku adalah pola perilaku yang sulit, yang dapat mengancam
hubungan yang normal antara anak dengan orang lain di sekelilingnya.
Masalah perilaku bisa merupakan akibat dari lingkungan, kesehatan, tabiat atau perkembangan anak.
Masalah perilaku juga bisa timbul akibat hubungan yang tidak harmonis dengan orang tua, guru maupun pengasuhnya.
Untuk mendiagnosis suatu masalah perilaku, biasanya ditanyakan menganai
kegiatan anak sehari-hari secara kronologis dan menyeluruh. Pembahasan
dipusatkan pada lingkungan yang menyebabkan timbulnya gangguan perilaku
dan perilaku itu sendiri secara terperinci.
Juga dilakukan pengamatan terhadap interaksi antara anak dan orang tua.
Masalah perilaku semakin lama cenderung semakin memburuk karena itu
untuk mencegah progresivitasnya perlu dilakukan pengobatan dini .
Kontak yang lebih positif dan lebih menyenangkan antara orang tua dan
anak dapat meningkatkan harga diri anak dan orang tua. Interaksi yang
lebih baik dapat membantu memecahkan lingkaran setan dari perilaku
negatif yang menyebabkan timbulnya respon negatif.
Masalah Interaksi Anak-Orang tua
Masalah Interaksi Anak-Orang Tua adalah kesulitan-kesulitan yang ditemui dalam hubungan antara anak dan orang tuanya.
Masalah interaksi bisa mulai timbul pada beberapa bulan pertama kehidupan anak.
Hubungan antara ibu dan anak mungkin menjadi tegang akibat:
- kesulitan yang dialami ibu selama kehamilan maupun persalinan
- depresi pasca persalinan
- kurangnya dukungan dari suami, keluarga maupun teman
- waktu menyusu dan waktu tidur bayi yang tidak teratur (sampai umur 2-3
bulan, kebanyakan bayi tidak tidur pada malam hari; pada saat-saat ini
mereka sering menangis).
Kelelahan, kebencian dan rasa bersalah orang tua bercampur dengan rasa
putus asa sehingga mempengaruhi hubungan orang tua dengan bayinya.
Hubungan yang buruk antara anak dan orang tua bisa memperlambat
perkembangan mental dan kemampuan sosial anak dan bisa menyebabkan
terjadinya kegagalan berkembang.
Kepada orang tua sebaiknya diberikan informasi yang lengkap mengenai
perkembangan bayi disertai nasihat atau kiat untuk menghadapinya.
Tabiat bayi bisa dievaluasi dan didiskusikan.Hal ini bisa membantu orang
tua untuk lebih realistis dan menyadari bahwa rasa bersalah dan konflik
merupakan emosi yang normal dalam pengasuhan anak. Dengan demikian
orang tua akan belajar menerima perasaannya dan mencoba membangun
hubungan yang sehat.
Kecemasan Karena Berpisah
Kecemasan Karena Berpisah adalah kecemasan yang dirasakan oleh anak ketika orang tuanya meninggalkannya sendiri.
Menangis ketika ditinggalkan oleh ibunya atau menangis jika didekati
orang yang tidak dikenalnya, merupakan suatu tahap perkembangan normal
yang ditemukan pada bayi usia 8 bulan dan berlangsung sampai usia 18-24
bulan.
Pada umur 2 tahun, anak batita (dibawah tiga tahun) mulai memahami bahwa
orang tuanya mungkin tidak terlihat oleh mata tetapi mereka pasti akan
kembali.
Pada saat bayi berkembang dan lebih memperhatikan serta berinteraksi
dengan lingkungannya, dia akan mengalami berbagai emosi seperti rasa
percaya, rasa aman dan nyaman. Jika dia merasa kurang akrab dengan
lingkungannya, maka akan timbul rasa takut.
Pada usia 8-24 bulan, anak-anak mengalami perasaan takut jika tidak
berada dalam lingkungan yang akrab dan aman. Mereka mengenal orang
tuanya sebagai lingkungan yang akrab dan aman. Jika berpisah dari orang
tua, mereka merasa terancam dan tidak aman.
Gejalanya bisa berupa:
- Kesedihan berlebih ketika berpisah dengan ibu
- Khawatir akan kehilangan atau terjadi sesuatu yang buruk pada ibu
- Sering enggan pergi ke sekolah atau tempat lainnya karena takut berpisah
- Tidak mau tidur jika tidak ditemani oleh orang dewasa
- Mimpi buruk
- Sering mengeluhkan keadaan fisiknya
Beberapa orang tua (terutama yang baru pertama kali memiliki anak)
menduga bahwa kecemasan karena berpisah ini merupakan suatu gangguan
emosional dan mereka menghadapinya dengan bersikap protektif
(melindungi) serta menghindari perpisahan maupun lingkungan yang baru.
Respon seperti ini bisa menyebabkan terjadinya gangguan pada
pematangan/pendewasaan dan perkembangan anak.
Sang ayah mengartikan kecemasan karena berpisah sebagai pertanda bahwa
anak terlalu dimanja dan menyalahkan ibunya atau mencoba untuk merubah
perilaku anak dengan cara memarahi dan memberi hukuman.
Sebaiknya orang tua diyakinkan bahwa perilaku anak adalah normal.
Orang tua didorong untuk tidak terlalu protektif dan mengekang anak
serta dianjurkan untuk membiarkan anaknya berkembang secara normal.
Penyelesaian terhadap masalah kecemasan ini tergantung kepada rasa aman
dan rasa percaya yang mereka miliki terhadap orang selain orang tuanya,
lingkungannya dan keyakinan akan kembalinya orang tua mereka.
Meskipun anak telah berhasil melewati masa perkembangan ini, kecemasan
karena berpisah mungkin akan kembali pada saat anak mengalami stres.
Kebanyakan anak akan mengalami kecemasan jika berada dalam situasi yang
tidak dikenalnya dengan baik, terutama jika terpisah dari orang tuanya.
MASALAH MAKAN
Penurunan nafsu makan normal yang disebabkan oleh laju pertumbuhan yang lambat sering ditemukan pada anak usia 1-8 bulan.
Masalah makan bisa terjadi jika orang tua atau pengasuh memaksa anak
untuk makan atau terlalu mengkhawatirkan nafsu makan maupun kebiasaan
makan anak. Anak tidak menelan makanannya tetapi malah
menyimpan/menahannya di dalam mulut atau bahkan memuntahkannya.
Keadaan ini dapat diatasi dengan mengurangi ketegangan dan emosi yang negatif pada waktu makan.
Sebaiknya anak dibiarkan memakan makanan yang dipilihnya pada waktu
makan dan jangan dibiasakan untuk ngemil diantara jam-jam makan. Dengan
cara ini keseimbangan antara nafsu makan, banyaknya makanan yang dimakan
serta kebutuhan gizinya akan terpenuhi.
GANGGUAN TIDUR
Mimpi buruk adalah mimpi menakutkan yang terjadi selama tidur REM) (rapid eye movement.
Seorang anak yang mengalami mimpi buruk biasanya akan benar-benar
terbangun dan dapat mengingat kembali mimpinya secara terperinci.
Mimpi buruk yang terjadi sewaktu-waktu adalah hal yang normal, dan
satu-satunya tindakan yang perlu dilakukan oleh orang tua adalah
menenangkan anak.
Tetapi mimpi buruk yang sering terjadi adalah abnormal dan bisa
menunjukkan adanya masalah psikis. Pengalaman yang menakutkan (termasuk
cerita seram atau film tentang kekerasan di televisi) bisa menyebabkan
terjadinya mimpi buruk. Hal ini terutama sering ditemukan pada anak-anak
yang berumur 3-4 tahun, karena mereka belum bisa membedakan antara
khayalan dan kenyataan.
Teror di malam hari adalah suatu keadaan dimana sesaat setelah tertidur,
anak separuh terbangun dengan kecemasan yang luar biasa. Anak tidak
dapat mengingat kembali apa yang telah dialaminya.
Tidur sambil berjalan adalah suatu keadaan dimana dalam keadaan tertidur, anak bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan-jalan.
Teror di malam hari dan tidur sambil berjalan biasanya berlangsung
selama tidur dalam (non-REM) dan terjadi dalam 3 jam pertama setelah
anak tertidur.
Setiap episode bisa berlangsung dari beberapa detik sampai beberapa menit.
Teror di malam hari sifatnya dramatis karena anak menjerit-jerit dan
panik; keadaan ini paling sering ditemukan pada anak yang berumur 3-8
tahun.
Seorang yang tidur sambil berjalan memiliki cara berjalan yang
janggal/kaku, tetapi biasanya dapat menghindari benda-benda sehingga
tidak terbentur. Mereka tampak linglung tetapi tidak menunjukkan rasa
takut.
Mereka akan terbangun secara tiba-tiba dengan pandangan mata yang kosong
atau bingung. Pada awalnya mereka belum sepenuhnya terbangun atau belum
sepenuhnya tanggap terhadap orang di sekelilingnya.
Ketika terbangun di pagi hari, mereka tidak dapat mengingat kembali apa yang telah terjadi.
Sekitar 15% anak yang berumur 5-12 tahun minimal pernah mengalami sekali
berjalan dalam keadaan tidur. 1-6% anak laki-laki usia sekolah
mengalami tidur sambil berjalan secara terus menerus, yang biasanya
dipicu oleh peristiwa yang menegangkan (stres).
Tidak mau tidur merupakan masalah yang sering ditemukan, terutama pada
anak-anak yang berumur 1-2 tahun. Mereka menangis jika ditinggalkan
sendiri di tempat tidurnya atau meninggalkan tempat tidurnya dan mencari
orang tuanya.
Hal ini berhubungan dengan kecemasan karena berpisah dan dengan upaya
anak untuk mengendalikan lebih banyak lagi aspek dari lingkungannya.
Terbangun di malam hari adalah gangguan tidur yang sering ditemukan pada anak-anak yang masih kecil.
Sekitar 50% dari anak-anak yang berumur 6-12 bulan sering terbangun di
malam hari. Anak--anak yang mengalami kecemasan karena berpisah juga
sering terbangun di malam hari.
Anak-anak yang lebih besar sering terbangun di malam hari karena sakit, suatu gerakan atau peristiwa menegangkan lainnya.
Terbangun di malam hari bisa semakin sering terjadi jika anak terlalu
lama tidur siang dan terlalu bersemangat bermain sebelum tidur malam.
Teror malam dan tidur sambil berjalan hampir selalu hilang dengan
sendirinya, meskipun sekali-kali terjadi selama beberapa tahun.
Jika keadaan tersebut terus berlangsung sampai masa remaja dan dewasa, mungkin anak memiliki kelainan psikis.
Untuk anak yang susah tidur bisa dilakukan beberapa tindakan berikut:
- ajak anak kembali ke tempat tidurnya
- bacakan cerita yang pendek
- tawari untuk ditemani oleh boneka ataupun selimut kesayangannya
- gunakan lampu redup.
Untuk menjaga keamanan bagi anak yang berjalan sambil tidur, sebaiknya
pintu kamarnya dikunci dari luar tetapi hal ini harus dipertimbangkan
secara seksama agar anak tidak merasa dikurung.
MASALAH PELATIHAN BUANG AIR
Pelatihan buang air besar biasanya mulai dilakukan pada saat anak
berumur 2-3 tahun, sedangkan pelatihan buang air kecil dilakukan pada
umur 3-4 tahun.
Pada umur 5 tahun, kebanyakan anak sudah dapat melakukan buang air besar
sendiri; melepas pakaian dalamnya sendiri, membersihkan dan
mengeringkan penis, vulva maupun anusnya sendiri serta kembali memakai
pakaian dalamnya sendiri.
Tetapi sekitar 30% anak berusia 4 tahun dan 10% anak berusia 6 tahun masih mengompol pada malam hari.
Cara terbaik untuk menghindari timbulnya masalah pelatihan buang air
(toilet training) adalah dengan mengenali kesiapan anak. Adapun tanda
dari kesiapan anak adalah:
- Selama beberapa jam pakaian dalamnya kering
- Anak menginginkan pakaian dalamnya diganti jika basah
- Anak menunjukkan ketertarikannya untuk duduk diatas potty chair
(pispot khusus untuk anak-anak) atau diatas toilet (jamban, kakus)
- Anak mampu mengikuti petunjuk/aturan lisan yang sederhana.
Kesiapan anak biasanya terjadi pada usia 24-36 bulan.
Metode toilet training yang paling banyak digunakan adalah metode timing.
Anak yang tampaknya sudah siap diperkenalkan kepada potty chair dan
secara bertahap diminta untuk duduk diatasnya sebentar saja dalam
keadaan berpakaian lengkap. Kemudian anak diminta untuk melepaskan
pakaian dalamnya sendiri, lalu duduk diatas potty chair selama tidak
lebih dari 5-10 menit. Hal tersebut dilakukan sambil ibu memberikan
penjelasan bahwa sekarang sudah saatnya anak untuk melakukan buang air
besar/kecil di tempatnya (maksudnya pada potty chair atau kloset), bukan
di pakaian dalam ataupun popok.
Jika anak sudah bisa melakukannya, ibu boleh memberikan pujian ataupun
hadiah. Tetapi jika anak belum bisa melakukannya, ibu sebaiknya tidak
memarahi maupun menghukum anak.
Metode timing efektif untuk anak-anak yang memiliki jadwal buang air besar/kecil yang teratur.
Metode toilet training lainnya menggunakan boneka sebagai alat bantu.
Kepada anak yang sudah siap, diajarkan cara-cara toilet training dengan
menggunakan boneka sebagai model. Ibu memberikan pujian kepada boneka
karena pakaian dalamnya kering dan telah berhasil melewati setiap proses
toilet training. Kemudian ibu meminta anak untuk menirukan proses
toilet training dengan bonekanya secara berulang-ulang, anak juga
diajari untuk memuji bonekanya.
Selanjutnya, anak menirukan apa yang telah dilakukan oleh bonekanya dan ibu memberikan pujian kepada anak.
Jika anak tetap bertahan duduk di toilet, sebaiknya diangkat dan toilet
training dicoba kembali setelah anak makan. Jika hal ini berlangsung
selama beberapa hari, sebaiknya toilet training ditunda selama beberapa
minggu.
Sangat penting untuk memberikan pujian kepada anak yang telah berhasil
melakukan toilet training. Setelah pola buang air besar/kecil stabil,
secara perlahan pujian tersebut dikurangi.
Memaksa anak untuk buang air besar/kecil di toilet dengan kekerasan
tidak efektif dan bisa menyebabkan ketegangan pada hubungan ibu-anak.
Enuresis Nokturnal
Enuresis nokturnal (bed-wetting) adalah buang air kecil secara tidak
sengaja dan terjadi secara berulang ketika sedang tidur, pada seorang
anak yang sudah cukup besar dan semestinya sudah tidak mengompol lagi di
tempat tidur.
Sekitar 30% anak berumur 4 tahun, 10% anak berumur 6 tahun, 3% anak
berumur 12 tahun dan 1% anak berumur 18 tahun masih mengompol di tempat
tidur.
Bed-wetting lebih sering ditemukan pada anak laki-laki.
Penyebabnya biasanya adalah terlambatnya proses pendewasaan, yang kadang
disertai dengan gangguan tidur (misanya tidur sambil berjalan atau
teror malam).
1-2% kasus disebabkan oleh kelainan fisik (biasanya berupa infeksi saluran kemih).
Bed-wetting juga kadang disebabkan oleh masalah psikis.
Kadang bed-wetting berhenti kemudian timbul lagi. Kekambuhan ini
biasanya terjadi karena anak mengalami peristiwa yang menegangkan atau
karena anak menderita kelainan fisik (misalnya infeksi saluran kemih).
Untuk anak yang berumur kurang dari 6 tahun, biasanya tidak perlu
dilakukan pengobatan, hanya menunggu sampai gejalanya hilang dengan
sendirinya.
Setiap tahunnya, pada 15% anak yang berumur lebih dari 6 tahun,
bed-wetting akan berhenti dengan sendirinya. Jika hal ini tidak terjadi,
bisa dicoba salah satu dari 3 jenis pengobatan berikut:
1. Konsultasi dan terapi perilaku.
Konsultasi melibatkan anak dan orang tua; diberikan penjelasan
bahwa bed-wetting memang agak sering terjadi, dapat diperbaiki dan tidak
perlu menimbulkan rasa bersalah pada siapapun.
Terapi perilaku untuk anak:
- Menandai pada penanggalan/kalender malam-malam dimana dia mengompol maupun tidak
- Menahan diri untuk tidak minum 2-3 jam sebelum tidur
- Melakukan buang air kecil sebelum tidur
- Mengganti pakaian dan seprenya sendiri jika mengompol.
Terapi perilaku untuk orang tua:
- Tidak menghukum atau memarahi anak karena mengompol
- Memberikan pujian/hadiah jika anak tidak mengompol (misalnya
memberikan tanda bintang pada kalender atau hadiah lainnya, tergantung
kepada usia anak).
2. Alarm ngompol.
Merupakan metode pengobatan yang paling efektif, mampu
menyembuhkan 70% anak yang mengompol dan hanya 10-15% yang mengompol
kembali setelah metode ini dihentikan.
Metode ini tidak mahal dan mudah diterapkan meskipun cara kerjanya lambat.
Alarm akan berbunyi jika telah keluar beberapa tetes air kemih.
Pada beberapa minggu pertama, anak akan terbangun setelah ngompol.
Beberapa minggu berikutnya anak terbangun setelah sedikit mengeluarkan
air kemihnya dan tempat tidurnya belum terlalu basah. Lama-lama anak
akan terbangun karena ingin buang air kecil dan tempat tidurnya masih
kering.
Alam ini boleh dilepas setelah 3 minggu anak tidak mengompol.
3. Terapi obat.
Pemberian obat pada saat ini lebih jarang dilakukan karena alarm
ngompol lebih efektif dan obat-obatan mungkin akan menimbulkan efek
samping.
Jika pengobatan lainnya gagal dan orang tua sangat menginginkan pemberian obat, biasanya diberikan imipramin.
Imipramin adalah obat anti-depresi yang mengendurkan kandung kemih
dan memperkuat sfingter yang menghambat aliran air kemih. Keuntungan
dari pemberian obat adalah cara kerjanya yang cepat.
Setelah selama 1 bulan anak tidak mengompol, dosisnya diturunkan
dan diberikan selama 2-4 minggu, kemudian pemberian obat dihentikan.
Sekitar 75% anak akan ngompol kembali setelah obat dihentikan.
Jika hal ini terjadi, bisa dicoba diberikan obat selama 3 bulan.
Contoh darah diperiksa setiap 2-4 minggu untuk memastikan bahwa
jumlah sel darah putih tidak berkurang (karena salah satu efek samping
dari obat ini adalah penurunan jumlah sel darah putih).
Pilihan lainnya dalah obat semprot hidung desmopressin, yang
mengurangi pengeluaran air kemih. Efek sampingnya sedikit tetapi
harganya mahal.
Enkopresis
Enkopresis adalah secara tidak sengaja buang air besar, tetapi bukan disebabkan oleh penyakit maupuan kelainan fisik.
Sekitar 17% anak berumur 3 tahun dan 1% anak berumur 4 tahun mengalami enkopresis.
Kebanyakan hal ini terjadi karena anak tidak mau menjalani toilet
training. Tetapi kadang enkopresis disebabkan oleh sembelit, yang
menyebabkan teregangnya dinding usus dan berkurangnya
kesiagaan/kesadaran anak akan ususnya yang telah penuh serta
terganggunya pengendalian otot.
Jika penyebabnya adalah sembelit, maka diberikan obat pencahar dan
tindakan lainnya agar jadwal buang air besar anak menjadi teratur.
Jika penyebabnya adalah karena tidak mau menjalani toilet trainng, mungkin perlu dilakukan konsultasi dengan psikolog.
Penyebab sembelit kronis yang bisa menyebabkan terjadinya enkopresis:
- Menahan buang air besar karena takut menggunakan jamban
- Tidak mau belajar menggunakan jamban
- Fissura anus (robekan pada lapisan anus yang menimbulkan nyeri)
- Kelainan bawaan (misalnya kelainan korda spinalis atau kelainan anus)
- Penyakit Hirschsprung
- Kadar tiroid yang rendah
- Gizi yang buruk
- Cerebral palsy
- Kelainan psikis pada anak atau keluarganya.
FOBIA
Suatu fobia asalah rasa takut yang irasional (tidak masuk akal) dan
berlebihan terhadap suatu benda, keadaan atau fungsi tubuh yang
sesungguhnya tidak berbahaya.
Fobia berbeda dari rasa takut yang merupakan bagian normal dari
perkembangan anak atau rasa takut akibat konfilk di dalam keluarga.
Fobia sekolah merupakan merupakan salah satu contoh dari rasa takut yang
berlebihan. Fobia sekolah bisa menyebabkan anak berumur 6 atau 7 tahun
tidak mau pergi ke sekolah. Anak secara langsung menolak pergi ke
sekolah atau mengeluh sakit perut, mual maupun gejala lainnya yang
memungkinkan dia bisa tinggal di rumah. Kemungkinan anak tersebut
menunjukkan reaksi yang berlebihan terhadap guru yang galak, yang bisa
menimbulkan rasa takut pada anak yang perasaanya peka/halus.
Pada anak yang lebih besar (umur 10-14 tahun), fobia sekolah bisa menunjukkan adanya masalah psikis yang lebih serius.
Anak yang mengalami fobia sekolah sebaiknya segera kembali sekolah
sehingga pelajarannya tidak tertinggal. Jika fobianya sangat berat
sampai mengganggu aktivitas anak dan anak tidak memberikan respon
terhadap dorongan orang tua maupun gurunya, mungkin perlu dilakukan
konsultasi dengan psikolog atau ahli jiwa.
Pada anak yang lebih besar mungkin tidak perlu segera memintanya kembali
sekolah, pengobatannya tergantung kepada hasil penilaian status
mentalnya.
Ketakutan yang normal, yang biasa ditemukan pada masa kanak-kanak:
- Takut gelap, monster, serangga dan laba-laba (umur 3-4 tahun)
- Takut terluka dan takut mati (lebih sering ditemukan pada anak yang lebih besar)
- Cerita, film atau acara televisi yang menakutkan bisa memperburuk rasa takut anak
- Pernyataan orang tua ketika marah atau bergurau bisa dianggap serius
oleh anak balita dan bisa menimbulkan rasa takut pada mereka
- Reaksi anak yang pemalu terhadap situasi yang baru, pada awalnya berupa rasa takut atau menarik dirnya.
Orang tua sebaiknya menenangkan anaknya dengan mengatakan bahwa monster
itu sesungguhnya tidak ada, laba-laba itu tidak berbahaya atau apa yang
dilihatnya di televisi itu tidak benar-benar terjadi.
Jika pernyataan orang tua ketika marah atau bercanda menyebabkan anak
menjadi takut, sebaiknya orang tua menjelaskan maksud yang sesungguhnya
agar anak tidak terus menerus takut.
Anak yang pemalu sebaiknya dibantu untuk beradaptasi dengan situasi yang
baru dengan cara lebih sering mengajaknya ke berbagai lingkungan yang
baru.
HIPERAKTIVITAS
Hiperaktivitas adalah tingkat aktivitas dan kegembiraan anak yang sangat
tinggi, yang menimbulkan rasa khawatir pada orang tua maupun
pengasuhnya.
Anak yang berumur 2 tahun biasanya aktif dan jarang bisa duduk dengan
tenang. Tingkat aktivitas yang tinggi juga biasanya ditemukan pada anak
berumur 4 tahun. Pada kedua kelompok umur tersebut, perilaku demikian
merupakan bagian yang normal dari tahap perkembangan anak.
Tetapi perilaku aktif seringkali menyebabkan konflik antara orang tua
dan anak dan bisa menimbulkan rasa khawatir pada orang tua.
Apakah aktivitas anak diartikan sebagai hiperaktivitas atau bukan,
tergantung kepada toleransi orang-orang di sekelilingnya yang merasa
terganggu oleh aktivitas anak tersebut. Beberapa anak yang hiperaktif
tampak jelas-jelas lebih aktif dan pemusatan perhatiannya lebih pendek
dibandingkan dengan rata-rata.
Penyebab hiperaktivitas ini berbeda-beda, diantaranya adalah kelainan
emosional atau kelainan fungsi otak. Selain itu, hiperaktivitas juga
bisa hanya merupakan tabiat anak yang normal yang terlalu
dibesar-besarkan.
Orang dewasa biasanya menanggapi hiperaktivitas anak dengan mengomel
atau menghukumnya. Respon ini biasanya dibalas dengan semakin
meningkatnya aktivitas anak.
Keadaan ini bisa dibantu dengan menghindari situasi dimana anak harus
duduk tenang dalam waktu yang lama atau dengan mencari guru yang ahli
dalam menangani anak-anak yang hiperaktif.
GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN
Gangguan Pemusatan Perhatian (Attention Deficit Disorder< ADD) adalah
suatu pemusatan perhatian yang buruk atau singkat dan sifat impulsif
(mengikuti kata hati) yang tidak sesuai dengan usia anak, dengan atau
tanpa hiperaktivitas.
ADD diperkirakan terjadi pada 5-10% anak usia sekolah dan 10 kali lebih sering ditemukan pada anak laki-laki.
Tanda-tanda dari ADD banyak yang sudah tampak sebelum anak berumur 4
tahun tetapi baru menimbulkan gangguan yang berarti pada usia sekolah.
Penyakit ini biasanya diturunkan. Penelitian terakhir menujukkan bahwa
penyakit ini terjadi akibat adanya kelainan pada neurotransmiter (zat
yang menghantarkan gelombang saraf di dalam otak).
ADD seringkali diperburuk oleh lingkungan di rumah maupun sekolah.
ADD terutama merupakan suatu masalah dalam pemusatan perhatian,
konsentrasi dan ketekunan menjalankan tugas. Anak juga mungkin bersifat
impulsif dan overaktif.
Diagnosis ADD biasanya ditegakkan jika anak memiliki 8 dari 14 gejala berikut:
1. Gelisah (seringkali meremas-remas tangannya atau menggeliatkan kakinya)
2. Tidak dapat diminta duduk tenang
3. Perhatiannya mudah terganggu oleh rangsangan yang asing
4. Tidak dapat menunggu gilirannya jika sedang bermain dalam kelompok
5. Seringkali melontarkan jawaban sebelum pertanyaan selesai diberikan
6. Mengalami kesulitan dalam mengikuti petunjuk dari orang lain, meskipun dia memahaminya dan tidak berusaha untuk melawan
7. Mengalami kesulitan dalam mempertahankan perhatiannya ketika sedang melakukan aktivitas belajar ataupun bermain
8. Seringkali meninggalkan kegiatan yang belum tuntas dan beralih kepada kegiatan yang baru
9. Mengalami kesulitan untuk bermain dengan tenang
10. Seringkali terlalu banyak berbicara
11. Seringkali menyela percakapan atau mengganggu orang lain
12. Seringkali tidak mendengarkan apa yang telah dikatakan kepadanya
13. Seirngkali kehilangan benda-benda yang diperlukan dalam kegiatan belajarnya di sekolah maupun di rumah
14. Seirngkali terlibat dalam aktivitas fisik yang berbahaya tanpa mempertimbangkan akibat yang mungkin ditimbulkannya.
Pengobatan yang paling efektif adalah obat-obat psikostimulan (perangsang psikis).
Terapi perilaku dipimpin oleh seorang psikolog anak yang biasanya
dikombinasikan dengan terapi obat. Seringkali diperlukan teknik
pengasuhan yang terstruktur, teratur dan dimodifikasi.
Tetapi kepada anak-anak yang tidak terlalu agresif dan berasal dari lingkungan rumah yang stabil, hanya diberikan terapi obat.
Obat yang paling sering diberikan adalah metilfenidat. Obat ini telah
terbukti lebih efektif daripada anti-depresi, kafein dan psikostimulan
lainnya, serta menimbulkan efek samping yang lebih sedikit jika
dibandingkan dengan dekstroamfetamin.
Efek samping yang biasa timbul adalah gangguan tidur (misalnya insomnia)
dan berkurangnya nafsu makan. Efek samping lainnya adalah depresi atau
perasaan sedih, sakit kepala, nyeri lambung dan tekanan darah tinggi.
Jika diminum dalam dosis tinggi dan dalam waktu yang lama, metilfenidat
bisa memperlambat pertumbuhan anak.
Anak dengan ADD biasanya tidak dapat mengatasi kesulitannya sendiri.
Masalah yang timbul atau tetap ada pada masa remaja dan dewasa adalah
kegagalan akademis, harga diri yang rendah, kecemasan, depresi dan
kesulitan dalam mempelajari perilaku sosial yang benar. Mereka tampaknya
lebih bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan pekerjaan daripada
dengan lingkungan sekolah.
Jika ADD tidak diobati, maka penderita memiliki resiko mengkonsumsi
alkohol atau zat lainnya serta memiliki resiko bunuh diri yang lebih
tinggi.
KETIDAKMAMPUAN BELAJAR
Ketidakmampuan Belajar adalah ketidakmampuan untuk menerima, menyimpan
dan menggunakan secara luas kemampuan ataupun informasi khusus, yang
terjadi akibat kurangnya pemusatan perhatian, memori atau pemikiran dan
hal ini mempengaruhi prestasi akademik.
Terdapat berbagai jenis ketidakmampuan belajar dan masing-masing tidak
memiliki penyebab yang pasti. Tetapi dasar dari semua jenis
ketidakmampuan belajar ini diyakini merupakan suatu kelainan pada fungsi
otak.
Ketidakmampuan belajar 5 kali lebih sering ditemukan pada anak laki-laki.
Seorang anak yang mengalami ketidakmampuan belajar seringkali mengalami
kesulitan dalam mengkoordinasikan penglihatan dan gerakannya serta
menunjukkan kecanggungan ketika melaksanakan kegiatan fisik, seperti
memotong, mewarnai, mengancingkan baju, mengikat tali sepatu dan
berlari.
Anak juga mungkin mengalami masalah dengan persepsi penglihatan atau
pengolahan fonologis (misalnya dalam mengenali bagian-bagian atau pola
dan membedakan berbagai jenis suara) atau masalah dengan ingatan,
percakapan, pemikiran serta pendengaran.
Beberapa anak mengalami masalah dalam membaca, menulis maupun berhitung.
Tetapi kebanyakan ketidakmampuan belajar ini sifatnya kompleks dan kelainannya terjadi di lebih satu daerah.
Anak mungkin lambat dalam:
- mempelajari jenis warna atau huruf
- menyebutkan nama benda yang dikenalnya,
- berhitung
- mencapai kemajuan dalam kemampuan belajar dini lainnya.
Belajar menulis dan membaca mungkin tertunda.
Gejala lainnya adalah pemusatan perhatian yang pendek dan perhatiannya
mudah terganggu, percakapannya terputus serta ingatannya pendek.
Anak juga mungkin mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan
mengendalikan dorongan serta memiliki masalah dalam kedisiplinan. Mereka
mungkin menunjukkan sikap hiperaktif, menarik diri, pemalu atau
agresif.
Untuk memperkuat diagnosis, dilakukan berbagai pemeriksaan berikut:
- Pemeriksaan fisik
- Serangkaian tes kecerdasan (verbal dan non-verbal, termasuk tes membaca, menulis dan berhitung)
- Tes psikis.
Untuk membantu meningkatkan perhatian dan konsentrasi bisa diberikan metilfenidat.
Pengobatan yang paling efektif adalah pendidikan yang secara seksama disesuaikan dengan individu anak.
Disleksia
Disleksia adalah ketidakmampuan belajar yang terutama mengenai dasar
berbahasa tertentu, yang mempengaruhi kemampuan mempelajari kata-kata
dan membaca meskipun anak memiliki tingkat kecerdasan rata-rata atau
diatas rata-rata, motivasi dan kesempatan pendidikan yang cukup serta
penglihatan dan pendengaran yang normal.
Disleksia cenderung diturunkan dan lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki.
Disleksia terutama disebabkan oleh kelainan otak yang mempengaruhi
proses pengolahan bunyi dan bahasa yang diucapkan. Kelainan ini
merupakan kelainan bawaan, yang bisa mempengaruhi penguraian kata serta
gangguan mengeja dan menulis.
Anak sangat terlambat berbicara, mengalami kesulitan dalam mengucapkan kata serta dalam mengingat nama huruf, angka dan warna.
Mereka mengalami kesulitan dalam mencampur bunyi, mengiramakan kata,
mengenali posisi bunyi dalam kata, memisahkan kata ke dalam bunyi dan
mengenali jumlah bunyi dalam kata.
Anak ragu dalam memilih kata, menemukan pengganti kata dan memberi nama huruf serta gambar.
Mereka keliru/bingung dalam mengenali kata atau huruf yang serupa; huruf d sering disebutnya sebagai huruf b.
Tes untuk disleksia sebaiknya dilakukan pada anak-anak yang:
- Tidak mencapai kemajuan dalam kemampuan mempelajari kata-kata pada pertengahan atau akhir kelas pertama
- Belum bisa membaca padahal berdasarkan kemampuan verbal maupun intelektualnya seharusnya sudah bisa membaca
- Lambat dalam belajar membaca
- Belum fasih berbicara.
Pengobatan yang terbaik adalah instruksi langsung, yang menggabungkan pendekatan multisensorik.
Jenis pengobatan ini terdiri dari pengajaran suara dengan berbagai
isyarat, biasanya terpisah dan (jika memungkinkan) merupakan bagian dari
program membaca.
Instruksi tidak langsung juga bisa diterapkan. Biasanya terdiri dari
pelatihan untuk mengucapkan kata atau pemahaman membaca. Anak diajari
bagaimana caranya untuk mengolah bunyi dengan mencampur bunyi untuk
membentuk kata, dengan memisahkan kata ke dalam huruf dan dengan
mengenali posisi bunyi dalam kata.
Penganiayaan & Penelantaran Anak
Penganiayaan Anak adalah penyiksaan fisik maupun mental atau penganiayaan seksual pada seorang anak.
Penelantaran Anak adalah tidak menyediakan makanan, pakaian, tempat tinggal maupun kasih sayang yang cukup bagi seorang anak.
Sekitar 25% kasus penganiayaan dan penelantaran terjadi pada anak yang berumur kurang dari 2 tahun.
Penelantaran anak 10-15 kali lebih sering ditemukan dan 12 kali lebih sering terjadi pada anak-anak dari keluarga miskin.
PENYEBAB
Penganiayaan anak bisa terjadi jika orang tua atau pengasuhnya tidak dapat mengendalikan emosinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hilangnya pengendalian emosi tersebut adalah:
# Orang tua mungkin memiliki masalah psikis, seperti gangguan
kepribadian atau harga diri yang rendah, atau orang tua merupakan
pecandu obat-obatan/alkohol
# Anak yang mengalami penganiayaan berbeda dengan anak lainnya (rewel, sangat tergantung, hiperaktif atau cacat)
# Kurangnya dukungan emosional dari keluarga, tetangga atau teman
# Krisis dalam keluarga (misalnya orang tua kehilangan uang/pekerjaan).
Penelantaran anak seringkali terjadi pada keluarga yang memiliki banyak masalah.
Kecanduan obat atau alkohol maupun penyakit menahun bisa menyebabkan
kesulitan keuangan sehingga pemberian makan, perawatan dan perhatian
kepada anak berkurang.
GEJALA
Penganiayaan bisa menyebabkan perubahan perilaku yang jelas pada anak
maupun pelaku penganiayaan. Misalnya, ayah/ibu tampak tidak acuh
meskipun anaknya jelas-jelas telah mengalami cedera. Orang tua mungkin
enggan menjelaskan kepada dokter atau keluarganya bagaiman cedera itu
bisa terjadi dan penjelasan yang diberikan orang tua setiap kali
berubah-ubah. Cedera yang terjadi tampak ganjil jika dilihat dari usia
anak.
Seorang anak yang sering mengalami penganiayaan fisik bisa memiliki
tanda-tanda cedera lama dan baru. Sering ditemukan memar, luka bakar,
bilur-bilur atau kulit yang tergores.
Luka bakar karena rokok atau siraman air panas sering ditemukan pada
lengan atau tungkai. Mungkin telah terjadi cedera berat di dalam mulut,
mata, otak atau organ dalam lainnya, tetapi tidak tampak dari luar.
Mungkin juga telah terjadi patah tulang.
Seorang anak yang mengalami penganiayaan seksual, mungkin akan mengalami
kesulitan dalam berjalan dan duduk karena adanya cedera fisik. Bisa
terjadi infeksi saluran kemih, keputihan atau penyakit menular seksual.
Jarang ditemukan cedera fisik, tetapi anak menjadi rewel atau menjadi penakut atau tidurnya tidak tenang, sering terbangun.
Mungkin akan sulit untuk mendapatkan bukti dari anak, karena biasanya
mereka diancam jika menceritakan apa yang telah terjadi kepada orang
lain.
Seorang anak yang ditelantarkan bisa mengalami kekurangan gizi (malnutrisi), lemas atau kotor atau pakaiannya tidak layak.
Pada kasus yang berat, anak mungkin tinggal seorang diri atau dengan saudara kandungnya tanpa pengawasan dari orang dewasa.
Anak yang ditelantarkan bisa meninggal akibat kelaparan.
DIAGNOSA
Kecepatan perkembangan fisik maupun emosional dari seorang anak yang dianiaya atau ditelantarkan seringkali tidak normal.
Bayi yang mengalami kekurangan kasih sayang dari orang tuanya tampak
tidak peka atau tidak menunjukkan ketertarikan terhadap lingkungannya.
Mungkin terjadi gangguan pada kemampuan sosial dan bahasanya karena
mereka kurang mendapatkan perhatian.
Seorang anak mungkin menunjukkan sikap curiga, tidak tegas dan sangat gelisah.
Anak yang lebih tua sering bolos sekolah atau prestasinya di sekolah
kurang baik. Mereka mungkin mengalami masalah dalam membentuk hubungan
dengan teman-teman maupun guru di sekolahnya.
PENGOBATAN
Seorang anak yang ditelantarkan atau dianiaya mungkin perlu dirawat di rumah sakit.
Dilakukan penanganan tertentu sesuai dengan keadaan anak.
Anak Pemarah
Kemarahan sering terjadi pada masa
anak-anak. Biasanya muncul menjelang akhir tahun pertama, lebih umum
antara usia 2 dan 4 tahun, dan biasanya jarang terjadi setelah usia 5
tahun. Jika marah lebih sering terjadi setelah umur 5 tahun, bisa
terjadi pada semua masa kanak-kanak.
PENYEBAB
Penyebabnya termasuk frustasi,
kecapekan, atau lapar. Anak bisa juga marah untuk mencari perhatian atau
untuk membohongi orang tua untuk memperoleh sesuatu, atau untuk
menghindari suatu pekerjaan. Orangtua seringkali menyalahkan dirinya
sendiri (karena kurangnya perhatian orangtua) Padahal penyebab pastinya
seringkali kombinasi kepribadian anak, keadaan mendesak, dan pembentukan
perilaku normal .
Berdasarkan psikologi, medis,
atau masalah sosial jarang menjadi penyebab dan lebih mungkin jika
kemarahan berakhir lebih dari 15 menit atau jika kemarahan beberapa
terjadi setiap hari.
GEJALA
Seorang anak yang pemarah bisa
berteriak, menjerit, menangis, mengelepar-gelepar, berguling di lantai,
menghentakkan kakinya dan melempar barang-barang. Beberapa tindakan
tersebut mungkin menjadi besar dan berpotensi membahayakan ; anak bisa
menjadi merah mukanya dan memukul atau menendang.
PENGOBATAN
Untuk menghentikan kemarahan,
orangtua harus terlebih dahulu bertanya kepada anak dengan sangat
sederhana dan tegas. Jika gagal dan jika tingkah laku cukup rumit, si
anak mungkin harus dipindahkan secara fisik dari situasinya. Dalam hal
ini, cara time-out bisa sangat efektif. Cara time-out adalah sebuah
teknik disiplin yang digunakan oleh orangtua untuk menyela tingkah laku
anak yang mengganggu. Time-out lebih efektif pada anak 2 tahun atau
lebih.
Setelah kenakalan yang berulang,
si anak dibuat tenang atau diletakkan di kursi untuk waktu yang
ditetapkan-1 menit untuk setiap tahun usia, sampai maksimum 5 menit.
jika si anak buru-buru berdiri atau tidak mau berhenti dengan waktu yang
ditetapkan, waktunya diulangi.
Disleksia (gangguan membaca)
Disleksia adalah gangguan membaca
tertentu meliputi kesulitan memisahkan kata-kata tunggal dari kelompok
kata dan bagian dari kata (phonemes) dalam setiap kata.
Disleksia adalah jenis tertentu
dari gangguan belajar yang mempengaruhi diperkirakan 3 sampai 5 %
anak-anak. Teridentifikasi lebih pada anak laki-laki dibandingkan dengan
anak perempuan : bagaimanapun, bisa dengan mudah tidak dikenali lebih
sering pada anak perempuan. Disleksia cenderung menurun dalam keluarga.
PENYEBAB
Disleksia terjadi ketika otak
kesulitan membuat hubungan antara suara dan symbol (hurup). Kesulitan
ini disebabkan oleh masalah kurang mengerti dengan hubungan otak
tertentu. Masalah itu ada sejak lahir dan bisa menyebabkan mengeja dan
menulis salah dan mengurangi kecepatan dan ketepatan ketika membaca
dengan suara keras. Orang dengan diseleksia tidak memiliki masalah
memahami bahasa yang dibicarakan.
GEJALA
Anak belum sekolah dengan
disleksia bisa jadi terlambat bicara, memiliki masalah artikulasi
berbicara, dan mempunyai kesulitan mengingat nama-nama huruf, angka, dan
warna. Anak disleksia sering kesulitan memadukan suara, irama kata,
mengenali letak suara pada kata, segmenting kata-kata ke dalam bunyi,
dan mengenali bunyi huruf pada kata. Keterlambatan atau keragu-raguan
dalam memilih kata-kata. Membuat kata pengganti, menamai angka dan
gambar adalah indikasi awal disleksia. Masalah dengan daya ingat jangka
pendek untuk suara dan untuk meletakkan suara pada perintah yang tepat
sering terjadi.
Banyak anak dengan disleksia
bingung dengan hurup dan kata yang serupa. membalikkan huruf ketika
menulis-sebagai contoh, on diganti menjadi no, dan saw diganti menjadi
was-atau huruf yang membingungkan-sebagai contoh, b diganti menjadi d, w
diganti menjadi m, n diganti menjadi h-sering terjadi. Meskipun begitu,
banyak anak tanpa disleksia akan membalikkan hurup pada waktu taman
kanak-kanak atau tingkat pertama.
Anak yang tidak mengalami
kemajuan dalam keahlian mempelajari kata-kata pada kelas pertengahan
atau akhir sekolah dasar harus di uji untuk disleksia.
DIAGNOSA
Diagnosa Dyslexia melibatkan
evaluasi medis, kognitif, proses sensorik, faktor pendidikan dan
psikologis. Dokter Anda mungkin bertanya tentang sejarah perkembangan
dan medis anak Anda serta sejarah medis keluarga Anda.
Dokter Anda mungkin juga menyarakan anak Anda menjalani:
1. Evaluasi visi, pendengaran
dan neurologis. Evaluasi ini dapat membantu menentukan apakah gangguan
lain mungkin menyebabkan atau memberikan kontribusi untuk
kekurangmampuan membaca anak Anda.
2. Tes psikologi. Hal ini dapat membantu menentukan apakah masalah
sosial, kecemasan atau depresi dapat membatasi kemampuan anak Anda.
3. Evaluasi pendidikan keterampilan. Anak Anda mungkin mengambil satu
set tes pendidikan dan memproses kualitas keterampilan membaca nya
dianalisa oleh ahli.
PENGOBATAN
Pengobatan terbaik untuk
mengenali kata adalah pengajaran langsung yang memasukkan pendekatan
multisensori. Pengobatan jenis ini terdiri dari mengajar dengan
bunyi-bunyian dengan isyarat yang bervariasi, biasanya secara terpisah
dan, bila memungkinkan, sebagai bagian dari program membaca.
Pengajaran tidak langsung untuk
mengenali kata juga sangat membantu. Pengajaran ini biasanya terdiri
dari latihan untuk meningkatkan pelafalan kata atau pengertian membaca.
Anak-anak diajarkan bagaimana memproses suara-suara dengan menggabungkan
suara-suara ke dalam bentuk kata-kata, dengan memisahkan kata-kata ke
dalam bagian-bagian, dan dengan mengenali letak suara pada kata.
Pengajaran component-skill untuk
mengenali kata juga sangat membantu. Hal ini terdiri dari latihan
menggabung suara-suara ke dalam bentuk kata-kata, membagi kata ke dalam
bagian kata , dan untuk mengenali letak suara pada kata.
Pengobatan tidak langsung,
selain untuk mengenali kata, kemungkinan digunakan tetapi tidak
dianjurkan. Pengobatan tidak langsung bisa termasuk penggunaan lensa
diwarnai yang membuat kata-kata dan huruf-huruf bisa dibaca dengan lebih
mudah, latihan gerakan mata, atau latihan penglihatan perseptual.
Obat-obatan seperti piracetam juga harus dicoba. Manfaat pengobatan
tidak langsung tidak terbukti dan bisa menghasilkan harapan tidak
realistis dan menhambat pengajaran yang dibutuhkan.
Masalah Makan Anak
Beberapa masalah makan bisa jadi kebiasaan yang alami.
Kurang makan : sebuah penurunan pada selera makan, disebabkan oleh
tingkat pertumbuhan yang lambat, yang sering terjadi pada anak berusia
sekitar 1 tahunan. Meskipun begitu, masalah makan bisa terjadi jika
orangtua atau pengasuh anak berusaha untuk memaksa anak untuk makan atau
menunjukkan terlalu banyak perhatian mengenai selera makan atau
kebiasaan makan anak. Ketika orangtua membujuk dan mengancam, anak
dengan masalah makan bisa menolak untuk makan makanan di dalam mulut
mereka. Beberapa anak bisa bereaksi kepada usaha orangtua memaksa
memberi makan dengan memuntahkan.
Mengurangi ketegangan dan emosi negatif yang menyerang waktu makan
kemungkinan sangat membantu. Situasi emosi bisa dihindari dengan
meletakkan makanan di depan anak tersebut dan memindahkannya dalam waktu
20 sampai 30 menit tanpa komentar. Anak tersebut harus ditawarkan 3
makanan dan 2 sampai 3 makanan kecil setiap hari. Waktu makan harus
dijadwalkan pada waktu anggota keluarga lain sedang makan, selingan,
seperti televisi, harus dihindari. Duduk di meja dianjurkan. Penggunaan
teknik penyeimbang selera makan anak tersebut, jumlah makanan yang
dimakan, dan kebutuhan gizi
Banyak makan : banyak makan adalah masalah lain. Banyak makan bisa
menyebabkan obesitas masa kanak-kanak. Sekali sel lemak terbentuk,
mereka tidak akan hilang. Dengan begitu. Anak yang gemuk sekali lebih
mungkin dibandingkan anak dengan berat badan normal untuk menjadi
obesitas ketika dewasa. Karena obesitas masa kanak-kanak bisa membuat
obesitas pada masa dewasa, hal itu harus dicegah atau disembuhkan.
Buang air besar tiba-tiba (Encopresis) pada anak
Encopresis adalah buang air besar tiba-tiba yang bukan disebabkan oleh penyakit atau kelainan fisik.
Sekitar 17% pada usia 3 tahunan dan 1% pada usia 4 tahunan mengalami
encopresis, seringkali disebabkan tidak mau belajar ke toilet. Meskipun
begitu, sembelit kronis, yang merentangkan dinding usus besar dan
mengurangi kesadaran anak tersebut untuk usus besar yang penuh,
menghalangi kontrol otot, kadangkala menyebabkan encopresis.
Seorang dokter terlebih dulu berusaha untuk memastikan penyebabnya. Jika
penyebabnya adalah sembelit, pencahar dianjurkan dan cara lain
ditetapkan untuk memastikan buang air besar secara teratur. Setelah
buang air besar teratur tercapai, kebocoran seringkali berhenti. Jika
cara ini gagal, tes diagnosa kemungkinan dilakukan, seperti sinar-X pada
perut dan kadang sebuah biopsi pada dinding anus, dimana contoh
jaringan diambil dan diteliti di bawah sebuah mikroskop. Jika penyebab
fisik ditemukan, hal itu seringkali bisa diobati. Pada kasus yang paling
berat, konseling psikologi kemungkinan diperlukan untuk anak yang
encopresis adalah hasil penolakan pada latihan bertoilet atau masalah
prilaku yang lainnya.
Tidak Mau Pergi Sekolah
Menghindari bersekolah terjadi sekitar
5 % pada semua anak usia sekolah dan mempengaruhi anak perempuan dan
laki-laki secara seimbang. Hal ini lebih mungkin terjadi di antara usia 5
dan 6 tahun dan di antara usia 10 dan 11 tahun.
Penyebabnya seringkali tidak jelas, tetapi faktor psikologi (seperti
kegelisahan dan depresi) dan faktor sosial (seperti tidak mempunyai
teman, merasa ditolak oleh teman sebaya, atau diejek) bisa mendukung.
Anak yang sensitive kemungkinan salah tingkah dengan merasa takut dengan
seorang guru yang ketat atau mengomel. Anak kecil cenderung pura-pura
sakit atau membuat alasan lain untuk menghindari sekolah. Anak tersebut
bisa mengeluh sakit perut, mual, atau gejala-gejala lain yang memberikan
alasan tinggal di rumah. Beberapa anak secara langsung menolak pergi ke
sekolah. Sebagai alternatif, anak tersebut bisa pergi ke sekolah tanpa
kesulitan tetapi menjadi gelisah atau mengalami berbagai gejala-gejala
selama jam belajar, seringkali sering ke ruang perawatan. Tingkah laku
ini tidak sama dengan remaja, yang memutuskan untuk tidak masuk sekolah
(bolos).
Penghindaran sekolah cenderung mengakibatkan performa akademis yang
buruk, kesulitan dalam keluarga, dan kesulitan dengan teman sebaya.
Kebanyakan anak pulih dari penghindaran sekolah, meskipun beberapa
muncul kembali setelah benar-benar sakit atau habis berlibur.
Belajar private biasanya bukan sebuah jalan keluar. Seorang anak yang
menghindari sekolah harus segera kembali ke sekolah, sehingga dia tidak
ketinggalan tugas sekolah. Jika penghindaran sekolah intens sehingga
berhubungan dengan aktifitas anak tersebut dan jika anak tersebut tidak
bereaksi terhadap bujukan sederhana oleh orangtua atau guru, serahkan
kepada seorang psikolog atau psikiater kemungkinan membantu.
Apa Hubungan Stress dan Prilaku
Setiap anak menghadapi stress dengan cara berbeda. Tingkah laku
tertentu yang membantu anak menghadapi stress termasuk menghisap ibu
jari, menggigit kuku, dan, kadangkala, memukul kepala.
Menghisap ibu jari (atau menghisap sebuah dot) adalah bagian normal pada
awal masa kanak-kanak, dan kebanyakan anak berhenti pada waktu mereka
berusia 1 atau 2 tahun, tetapi kadangkala berlanjut ke usia sekolah
mereka. Kadangkala menghisap ibu jari adalah normal pada waktu stress,
tetapi kebiasaan menghisap melewati usia sekitar 5 tahunan bisa merubah
bentuk langit-langit mulut, menyebabkan perubahan baris pada gigi, dan
membuat diganggu oleh anak yang lainnya. Kadangkala, menhisap ibu jari
yang berlangsung lama bisa jadi tanda dasar gangguan emosional.
Setiap anak secepatnya berhenti menghisap ibu jari. Orangtua harus
mencegah hanya jika dokter gigi anak mereka menasihati mereka juga, atau
jika mereka merasa penghisapan ibu jari anak mereka secara sosial tidak
sehat. Orang tua perlu secara lembut mendorong anak tersebut untuk
mengerti mengapa adalah baik untuk berhenti. Suatu kali anak tersebut
menandakan kerelaan untuk berhenti, nasihat lembut bagus untuk dimulai.
Hal ini bisa diikuti dengan penghargaan simbolis dipasang langsung pada
ibu jari, seperti pita berwarna, menyemir kuku tangan, atau menggambar
sebuah bintang dengan pewarna yang tidak mengandung racun, jika perlu,
alat tambahan, seperti pelindung plastik di sekeliling ibu jari, bebat
siku semalaman untuk mencegah seorang anak dari pembengkokan, atau
‘melukis’ ibu jari dengan zat-zat yang pahit bisa digunakan. Meskipun
begitu, tidak satupun cara-cara ini harus digunakan untuk melawan
keinginan anak tersebut.
Menggigit kuku adalah masalah yang umum pada anak kecil. Kebiasaan
tersebut biasanya hilang pada saat anak tersebut bertambah usia, tetapi
biasanya berhubungan dengan stress dan kegelisahan. Anak yang dimotivasi
untuk berhenti bisa diajar untuk mengganti dengan kebiasaan lain
(misalnya, memutar-mutar pensil).
Memukul kepala dan mengayunkan kepala berirama adalah umum di antara
anak kecil sehat. Hal ini mengingatkan orangtua, anak tersebut tidak
dalam masalah dan sebenarnya memperoleh kenyamanan dari aktifitas
tersebut.
Anak biasanya sering mengayun-ayunkan badannya, berguling, dan memukul
kepalanya di antara usia 18 bulan sampai 2 tahun, tetapi aksi yang
berulang kadangkala masih terjadi pada anak yang lebih tua dan remaja.
Anak yang menderita autis dan masalah perkembangan tertentu lainnya juga
bisa membenturkan kepala mereka. Meskipun begitu, keadaan ini memiliki
gejala-gejala tambahan yang membuat diagnosa mereka nyata.
Meskipun anak-anak hampir tidak pernah membahayakan diri mereka sendiri
dengan kebiasaan ini, kemungkinan ini (dan gaduh) bisa dikurangi dengan
mendorong tempat tidur menjauh dari tembok, mengambil roda atau
menempatkan pelindung karpet di bawahnya, dan meletakkan bantalan besar
tempat tidur di sebelah tempat tidur.
PENGOBATAN
Pengobatan harus termasuk komunikasi di antara orangtua dan personil
sekolah, rajin hadir di sekolah, dan kadangkala terapi meliputi keluarga
dan anak dengan psikolog. Terapi termasuk pengobatan yang didasarkan
pada penyebabnya sama dengan teknik tingkah laku untuk menghadapi stress
di sekolah.
Gangguan Belajar
Gangguan belajar meliputi kemampuan
untuk memperoleh, menyimpan, atau menggunakan keahlian khusus atau
informasi secara luas, dihasilkan dari kekurangan perhatian, ingatan,
atau pertimbangan dan mempengaruhi performa akademi.
Gangguan belajar sangat berbeda dari keterlambatan mental dan terjadi
dengan normal atau bahkan fungsi intelektual tinggi. Gangguan belajar
hanya mempengaruhi fungsi tertentu, sedangkan pada anak dengan
keterlambatan mental, kesulitan mempengaruhi fungsi kognitif secara
luas. Terdapat tiga jenis gangguan belajar : gangguan membaca, gangguan
menuliskan ekspresi, dan gangguan matematik. Dengan demikian, seorang
anak dengan gangguan belajar bisa mengalami kesulitan memahami dan
mempelajari matematika yang signifikan, tetapi tidak memiliki kesulitan
untuk membaca, menulis, dan melakukan dengan baik pada subjek yang lain.
Diseleksia adalah gangguan belajar yang paling dikenal. Gangguan
belajar tidak termasuk masalah belajar yang disebabkan terutama masalah
penglihatan, pendengaran, koordinasi, atau gangguan emosional.
PENYEBAB
Meskipun penyebab gangguan belajar tidak sepenuhnya dimengerti. Mereka
termasuk kelainan pada proses dasar yang berhubungan dalam memahami atau
menggunakan ucapan atau penulisan bahasa atau numerik dan pertimbangan
ruang.
Diperkirakan 3 sampai 15% anak bersekolah di Amerika Serikat memerlukan
pelayanan pendidikan khusus untuk menggantikan gangguan belajar. Anak
laki-laki dengan gangguan belajar bisa melebihi anak gadis lima banding
satu, meskipun anak perempuan seringkali tidak dikenali atau terdiagnosa
mengalami gangguan belajar.
Kebanyakan anak dengan masalah tingkah laku tampak kurang baik di
sekolah dan diperiksa dengan psikologis pendidikan untuk gangguan
belajar. Meskipun begitu, beberapa anak dengan jenis gangguan belajar
tertentu menyembunyikan gangguan mereka dengan baik, menghindari
diagnosa, dan oleh karena itu pengobatan, perlu waktu yang lama.
GEJALA
Anak kecil kemungkinan lambat untuk mempelajari nama-nama warna atau
huruf, untuk menyebutkan kata-kata untuk objek yang dikenal, untuk
menghitung, dan untuk kemajuan pada awal keahlian belajar lain. Belajar
untuk membaca dan menulis kemungkinan tertunda. Gejala-gejala lain dapat
berupa perhatian dengan jangka waktu yang pendek dan kemampuan yang
kacau, berhenti bicara, dan ingatan dengan jangka waktu yang pendek.
Anak tersebut bisa mengalami kesulitan dengan aktifitas yang membutuhkan
koordinasi motor yang baik, seperti mencetak dan mengkopi.
Anak dengan gangguan belajar bisa mengalami kesulitan komunikasi.
Beberapa anak mulanya menjadi frustasi dan kemudian mengalami masalah
tingkah laku, seperti menjadi mudah kacau, hiperaktif, menarik diri,
malu, atau agresif.
DIAGNOSA
Anak yang tidak membaca atau belajar pada tingkatan yang diharapkan
untuk kemampuan verbal atau kecerdasan harus dievaluasi. Pemeriksaan
pendengaran dan penglihatan harus dijalankan, karena masalah pikiran
sehat ini bisa juga berhubungan dengan keahlian membaca dan menulis.
Dokter meneliti anak tersebut untuk berbagai gangguan fisik. Anak
tersebut melakukan rangkaian tes kecerdasan, baik verbal maupun non
verbal, dan tes akademik pada membaca, menulis, dan keahlian aritmatik.
PENGOBATAN
Pengobatan yang paling berguna untuk gangguan belajar adalah pendidikan
yang secara hati-hati disesuaikan dengan individu anak. Cara seperti
membatasi makanan aditif, menggunakan vitamin dalam jumlah besar, dan
menganalisa sistem anak untuk trace mineral seringkali dicoba tetapi
tidak terbukti. Tidak ada obat-obatan yang cukup efektif pada pencapaian
akademis, intelegensi, dan kemampuan pembelajaran umum. Karena beberapa
anak dengan gangguan belajar juga mengalami ADHD, obat-obatan tertentu,
seperti methylphenidate, bisa meningkatkan perhatian dan konsentrasi,
meningkatkan kemampuan anak untuk belajar.
Kesulitan Tidur
Untuk kebanyakan anak-anak, kesulitan tidur adalah sebentar atau sementara dan sering tidak membutuhkan pengobatan.
1. Mimpi buruk : mimpi buruk adalah mimpi yang menakutkan yang
terjadi selama tidur pergerakan mata cepat (REM). Seorang anak yang
mengalami mimpi buruk bisa terjaga terus dan bisa mengingat kembali
mimpi dengan jelas. Mimpi buruk tidak membuat khawatir, kecuali sangat
sering terjadi. Mimpi buruk bisa terjadi lebih sering selama waktu
stress, atau bahkan ketika si anak habis menonton video yang berisi
penyerangan. Jika mimpi buruk sering terjadi, orangtua bisa membuat
catatan harian untuk melihat bila mereka bisa mengidentifikasi
penyebabnya.
2. Teror malam dan berjalan sambil tidur : teror malam, peristiwa
setengah terbangun dengan sangat gelisah segera setelah tertidur, adalah
sangat sering terjadi pada usia 3 dan 8 tahun. Anak tersebut berteriak
dan tampak ketakutan, dengan detak jantung cepat dan bernafas cepat.
Anak tersebut tidak tampak perduli dengan kehadiran orang tua dan tidak
bicara. Dia bisa mengamuk di sekitarnya dengan kasar dan tidak bereaksi
terhadap kenyamanan. setelah beberapa menit, dia akan benar-benar
kembali tidur. Tidak seperti mimpi buruk, anak tersebut tidak bisa
mengingat peristiwa ini. Teror malam adalah dramatik karena anak
tersebut berteriak dan tidak dapat dihibur selama peristiwa tersebut.
Sekitar sepertiga anak dengan teror malam juga mengalami tidur sambil
berjalan. (bangun dari tempat tidur dan berjalan berkeliling ketika
sedang tertidur, juga disebut somnambulism). Sekitar 15% anak pada usia 5
dan 12 tahun mengalami setidaknya satu peristiwa tidur sambil berjalan.
Teror malam dan tidur berjalan hampir selalu berhenti dengan
sendirinys, meskipun adakalanya peristiwa bisa terjadi untuk tahunan;
biasanya, tidak dibutuhkan pengobatan. Jika gangguan berlangsung lama
sampai masa remaja atau dewasa dan berat, pengobatan bisa diperlukan.
Pada anak yang membutuhkan pengobatan, teror malam bisa kadangkala
bereaksi terhadap sedative atau antidepresan tertentu; meskipun begitu,
obat-obatan ini adalah keras dan bisa mempunyai efek samping. Memasang
kuinci pada bagian luar kamar tidur menjaga anak dari keluyuran tetapi
bisa menakutkan anak tersebut.
3. Menolak untuk pergi tidur : anak, terutama sekali antara usia 1
dan 2 tahun, sering menolak untuk tidur. Anak kecil seringkali menangis
ketika mereka ditinggal sendirian di tempat tidur mereka, atau mereka
memanjat keluar dan mencari orang tua mereka. Tingkah laku ini
berhubungan dengan pemisahan kegelisahan dan, pada anak yang lebih tua,
usaha anak untuk mengendalikan aspek lebih pada lingkungannya. Penolakan
untuk pergi tidur tidak membantu jika orangtua tinggal di dalam kamar
lebih lama untuk menghadirkan kenyamanan atau membiarkan anak tersebut
bangun. Untuk mengendalikan masalah, orangtua harus duduk diam di gang
dalam penglihatan anak tersebut dan memastikan anak tersebut tetap di
tempat tidur. Anak tersebut kemudian belajar bahwa keluar dari tempat
tidur tidak diijinkan. Anak tersebut juga belajar bahwa orangtua tidak
bisa dirayu ke dalam ruangan untuk cerita lebih atau bermain.
Secepatnya, anak tersebut didudukkan dan pergi untuk tidur. Menyediakan
anak tersebut barang yang menemani (seperti sebuah boneka) seringkali
sangat membantu.
4. Terbangun sepanjang malam : anak seringkali terbangun sepanjang
malam, tetapi biasanya kembali tertidur dengan sendirinya. Terbangun
malam yang berulang seringkali diikuti gerakan, sakit, atau peristiwa
stress lainnya. Masalah tidur kemungkinan bertambah buruk ketika anak
tersebut terlambat tidur di sore hari atau terlalu dirangsang dengan
bermain sebelum waktu tidur.
Biarkan si anak tidur bersama dengan orangtua karena terbangun
malam hari kemungkinan hanya memperpanjang masalah. Juga kontraproduktiv
mengajak bermain atau memberi makan anak tersebut sepanjang malam,
memukul pantat, dan cacian. Mengembalikan anak tersebut ke tempat tidur
dengan menenangkan hati biasanya lebih efektif. Waktu tidur rutin
termasuk membacakan cerita pendek, menawarkan boneka kesayangan atau
selimut, dan menggunakan lampu malam kecil ( pada anak yang berusia
diatas 3 tahun) seringkali sangat menolong. Orangtua dan pengasuh
lainnya harus berusaha untuk menjaga secara rutin setiap malam, sehingga
anak tersebut belajar apa yang diharapkan. Jika anak tersebut secara
fisik sehat, biarkan dia menangis untuk 20 sampai 30 menit sering
mengajar dia bahwa dia perlu untuk menenangkan dirinya, yang akan
mengurangi terbangun malam
Attention Deficit/Hyperactivity Disorder (ADD, ADHD)
Attention Deficit/Hyperactivity
Disorder (ADD, ADHD)adalah perhatian buruk atau pendek dan impulsiv
tidak sesuai pada umur anak; beberapa anak juga menunjukkan hiperaktif.
Walaupun ada cukup banyak kontroversi tentang timbulnya, ditaksir ADHD
itu mempengaruhi 5 hingga 10% dari anak dengan usia sekolah dan
didiagnosa 10 kali lebih sering pada anak laki-laki daripada anak
perempuan. Banyak ciri-ciri ADHD sering terlihat sebelum usia 4 dan
tanpa kecuali sebelum usia 7, tetapi mereka mungkin tidak mengganggu
secara signifikan prestasi akademis dan fungsi sosial sampai usia
sekolah menengah. ADHD adalah dulunya disebut "gangguan kurangnya
perhatian"; tetapi, kejadian yang biasa terjadi hiper-aktivitas pada
anak terkena adalah benar-benar perpanjangan fisik dari kurangnya
perhatian menyebabkan perubahan istilah sekarang.
PENYEBAB
ADHD bisa diwarisi. Penelitian terkini menunjukkan bahwa gangguan
disebabkan oleh kelainan di neurotransmitters (bahan yang meneruskan
gerak impuls syaraf dalam otak). Gejala ADHD bervariasi dari ringan
hingga parah dan bisa menjadi dibesar-besarkan atau menjadi masalah di
lingkungan tertentu, seperti di rumah anak atau di sekolah. Keterbatasan
cara hidup sekolah dan organisasi membuat ADHD menjadi masalah,
sedangkan pada generasi sebelumnya, gejala mungkin tidak mengganggu
secara signifikan fungsi anak karena pembatasan seperti itu adalah
sering sangat sedikit. Walaupun beberapa gejala ADHD juga terjadi pada
anak tanpa ADHD, mereka lebih sering dan kuat pada anak dengan ADHD.
GEJALA
ADHD adalah terutama bermasalah pada perhatian terus-menerus,
konsentrasi, dan ketetapan tugas (kemampuan untuk menyelesaikan tugas).
Anak juga mungkin terlalu aktif dan gegabah. Banyak anak prasekolah
cemas, mempunyai masalah yang berhubungan dan saling mempengaruhi, dan
bertingkah laku dengan kurang baik. Mereka nampak tak penuh perhatian.
Mereka mungkin tidak bisa diam dan menggeliat. Mereka mungkin tak sabar
dan menjawab dengan kacau. Selama masa kecil nanti, anak seperti itu
mungkin menggerakkan kaki mereka dengan resah, bergerak dan
mengangkat-angkat tangan mereka, berbicara secara sembarangan, lupa
dengan mudah, dan mereka mungkin tidak teratur. Mereka secara umum tidak
agresif.
Sekitar 20% dari anak dengan ADHD mempunyai ketidakmampuan belajar dan
sekitar 80% mempunyai masalah akademis. Kerjanya mungkin berantakan,
dengan kesalahan serampangan dan ketiadaan pemikiran yang
dipertimbangkan. Anak yang terkena sering bertingkah laku seolah-olah
pikiran mereka di tempat lain dan mereka tidak mendengarkan. Mereka
sering tidak melaksanakan sesuai permintaan atau menyelesaikan pekerjaan
sekolah, pekerjaan, atau kewajiban lain. Seringkali ada satu tugas yang
tak selesai dari yang lain.
Sekitar 40% dari anak terkena mungkin mempunyai persoalan dengan
penghargaan diri sendiri, depresi, kegelisahan, atau penentangan
kepemilikan sampai usia mereka mencapai masa remaja. Sekitar 60 % anak
muda mempunyai masalah seperti itu sewaktu marah, dan kebanyakan anak
yang lebih tua mempunyai toleransi rendah terhadap frustrasi.
Tanda ADHD
Semua tanda belum tentu sebagai didiagnosa Attention
deficit/hyperactivity disorder (ADHD). Tetapi, tanda kurangnya perhatian
selalu harus ada untuk diagnosa.Tanda harus ada di dua atau lebih
tempat (misalnya, rumah dan sekolah) dan harus mengganggu masalah sosial
atau fungsi akademis.
Tanda-tanda tidak perhatian.
- Sering lalai memberi perhatian seksama pada detail.
- Mempunyai kesukaran mempertahankan perhatian pada kerja dan bermain.
- Tidak tampak mendengarkan kalau berbicara secara langsung.
- Sering tidak melaksanakan perintah dan lalai menyelesaikan tugas.
- Sering mempunyai kesukaran melakukan tugas dan aktivitas.
- Sering menghindar, sebel, atau enggan untuk terlibat dalam tugas yang memerlukan usaha mental terus-menerus.
- Sering kehilangan barang.
- Dengan mudah dialihkan dengan hal yang tak ada hubungannya dengan rangsangan.
- Sering pelupa.
Tanda-tanda hiperaktiv
- Sering memain-mainkan tangan atau kaki atau menggeliat.
- Sering meninggalkan tempat duduk di ruang kelas dan tempat lainnya.
- Sering berlari kesana-kemari atau merambat naik seacara berlebihan.
- Sulit untuk bermain atau terlibat dalam aktivitas yang diam.
- Sering bergerak atau bertingkah seolah-olah digerakkan oleh mesin.
- Sering berbicara berlebihan.
Tanda-tanda impulsiv
- Sering mengucapkan jawaban tanpa berpikir sebelum pertanyaan komplit.
- Sering mempunyai kesukaran menunggunya giliran.
- Sering menyela atau mengganggu orang lain.
DIAGNOSA
Diagnosa berdasarkan jumlah, frekuensi, dan keparahan gejala. Gejala
harus ada sedikitnya dua lingkungan yang berbeda (biasanya, rumah dan
sekolah) - kejadian gejala tepat di rumah atau di sekolah saja dan tidak
mana-mana tidak memenuhi syarat sebagai ADHD. Seringkali, diagnosa
sulit karena bergantung pada pendapat pengamat. Tidak ada tes
laboratorium bagi ADHD. Pertanyaan tentang berbagai aspek prilaku bisa
menolong dokter membuat diagnosa. Karena mempelajari kecacatan hal yang
biasa, banyak anak menjalankan pemeriksaan psikologis baik untuk
menolong memutuskan adanya ADHD maupun untuk mengetahui adanya
ketidakmampuan belajar yang spesifik.
ADHD: Epidemi atau Over-Diagnosa?
Meningkatnya jumlah anak yang didiagnosa ADHD. Tetapi, ada
peningkatan perhatian dokter dan orang-tua dimana banyak anak salah
didiagnosa. Derajat aktivitas tinggi mungkin sebenarnya normal dan
menjadi pernyataan yang dilebih-lebihkan dari tingkah laku masa kecil
yang normal. Dengan kata lain, hal itu dapat bervariasi penyebabnya,
termasuk gangguan emosional atau kelainan fungsi otak, seperti ADHD.
Biasanya anak usia 2 tahun aktif dan jarang bisa diam. Derajat aktivitas
dan suara tinggi biasa sampai usia 4 tahun. Pada kelompok umur ini,
kelakuan seperti itu hal yang normal. Kelakuan aktif bisa menyebabkan
konflik antara orang tua dan anak dan mungkin membuat orangua cemas.
Juga bisa menimbulkan masalah bagi orang lain yang mengawasi anak
seperti itu, termasuk guru.
Menentukan apakah derajat aktivitas seorang anak luar biasa tinggi
adalah abnormal sebaiknya tidak bergantung pada bagaimana toleransi
orang yang jengkel. Tetapi, beberapa anak secara jelas lebih aktif
daripada rata-rata. Jika derajat aktivitas tinggi digabungkan dengan
perhatian pendek dan impulsif, mungkin ditetapkan sebagai hiperaktif dan
dianggap sebagai bagian ADHD.
Mencaci-maki dan menghukum anak yang derajat aktivitas tingginya dalam
batas normal biasanya bisa meledak, menambah derajat aktivitas anak.
Menghindari situasi dimana anak mesti duduk diam dalam waktu lama atau
menemukan seorang guru trampil untuk anak seperti itu mungkin menolong.
Jika ukuran sederhana tidak menolong, kedokteran atau psikologis
evaluasi mungkin berguna untuk mengesampingkan kekacauan seperti ADHD.
PENGOBATAN
Untuk meminimalisir efek ADHD, struktur, rutinitas, rencana intervensi
sekolah, dan teknik pengasuhan yang dimodifikasi sering diperlukan.
Beberapa anak yang tidak agresif dan yang datang dari lingkungan rumah
stabil dan lingkungan rumah yang mendukung mungkin lebih berguna dengan
pengobatan obat sendiri. Terapi kelakuan yang diadakan oleh seorang
psikolog anak kadang-kadang digabungkan dengan pengobatan obat. Obat
Psikostimulan adalah pengobatan obat yang paling efektif.
Methylphenidate adalah obat psikostimulan yang paling sering diresepkan.
Obat ini seefektif psikostimulan lain (seperti dextroamphetamine) dan
mungkin lebih aman. Sejumlah obat bentuk lepas lambat (beraksi lebih
panjang) methylphenidate bisa dijumpai disamping bentuk biasa dan dapat
diminum satu kali sehari. Efek samping methylphenidate seperti gangguan
tidur, seperti insomnia, menekan selera makan, depresi atau kesedihan,
sakit kepala, sakit perut, dan tekanan darah tinggi. Semua efek samping
ini hilang jika obat dihentikan; tetapi, kebanyakan anak tidak mempunyai
efek samping kecuali barangkali selera makan yang berkurang. Tetapi,
jika dosis besar diminum dalam jangka waktu yang lama, methylphenidate
sekali-sekali bisa memperlambat pertumbuhan anak; oleh karena itu,
dokter mengamati berat badan anak.
Sejumlah obat lain bisa dipakai untuk mengobati gejala kurangnya
perhatian dan prilaku. Seperti clonidine, amphetamine - obat dasar, obat
antidepresi, dan obat anti ansietas. Kadang-kadang, kombinasi obat
digunakan.
PENCEGAHAN
Prognosis
Anak dengan ADHD secara umum tidak menjadi terlalu besar kurangnya
perhatian mereka, walaupun mereka dengan hyper-aktivitas cenderung untuk
menjadi agak lebih tidak impulsif dan hiper-aktif dengan usianya.
Tetapi, kebanyakan remaja dan orang dewasa belajar menyesuaikan diri
terhadap kurangnya perhatian mereka. Masalah lain yang muncul atau
menetap di masa remaja dan kedewasaan termasuk prestasi akademis yang
buruk, rendah penghargaan terhadap diri sendiri, kegelisahan, depresi,
dan kesukaran dalam mempelajari prilaku sosial yang pantas. Penting,
mayoritas anak itu dengan ADHD menjadi orang dewasa produktif, dan orang
dengan ADHD kelihatannya menyesuaikan diri lebih baik bekerja daripada
situasi sekolah. Tetapi, jika kekacauan tak diobati di masa kecil,
risiko penyalahgunaan alkohol atau bahan lainnya atau bunuh diri mungkin
meningkat.
Mengompol
Sekitar 30 % anak-anak masih mengompol
pada usia 4 tahun, 10 % pada usia 6 tahun, 3 % pada usia 12 tahun, dan 1
% pada usia 18 tahun. Mengompol lebih umum dilakukan pada anak
laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan dan kelihatannya menurun
dalam keluarga.
Mengompol biasanya terjadi karena syaraf menyuplai kantung kemih lambat
matangnya, sehingga si anak tidak berhasil terbangun ketika kantung
kemih penuh dan butuh dikosongkan . mengompol dapat disebut juga
gangguan tidur seperti tidur berjalan dan terror malam. Gangguan
fisik-umumnya infeksi saluran kemih-hanya ditemukan 1 sampai 2 % anak
yang ngompol. Gangguan lain, seperti diabetes, jarang menyebabkan
mengompol. Mengompol kadangkala disebabkan oleh masalah psikologi, bukan
hanya pada anak atau pada anggota keluarga lainnya, dan kadangkala
merupakan bagian dari gejala yang diduga penganiayaan seksualitas.
Kadangkala mengompolnya berhenti kemudian mulai lagi. Kambuhnya
mengompol biasanya diikuti dengan keadaan atau kondisi tekanan
psikologis, tetapi salah satu penyebab fisik, khususnya infeksi saluran
kemih dapat menjadi penyebabnya.
PENGOBATAN
Orang-tua dan anak perlu tahu mengompol hal yang biasa, dimana hal itu
bisa diperbaiki, dan bahwa tak seorang pun sebaiknya merasa bersalah
karenanya. Seorang anak yang lebih tua yang mengompol bisa mengambil
tanggung jawab dengan membatasi minum setelah makan malam (khusunya
minuman yang mengandung caffeine), kencing sebelum pergi tidur, mencatat
malam basah dan kering, dan berganti pakaian dan menidurkan waktu
mengompol. Orang tua mungkin pilih untuk memberi anak hadiah yang pantas
(penguatan positif) selama malam tidak mengompol.
Bagi anak denga usia kurang dari 6 tahun, orang tua bisa menghindari
memberikan anak minum 2 sampai 3 jam sebelum waktu tidur dan
menganjurkan anak kencing sebelum tidur. Pada kebanyakan anak dengan
usia ini, waktu dan pematangan fisik memecahkan masalah.
Bagi anak dengan usia 6 sampai 7 tahun, suatu bentuk pengobatan sering
ditunjukkan. Alarm mengompol, yang membangunkan seorang anak kalau
sedikit air kencing diketahui, adalah perlakuan yang paling efektif.
Mereka mengobati mengompol sekitar 70% dari anak, dan hanya sekitar 10
hingga 15% anak mulai mengompol lagi sesudah alarm dihentikan. Alarm
relatif murah dan mudah dijalankan. Pada minggu pertama setelah, anak
bangun hanya sesudah sepenuhnya kencing. Pada minggu berikutnya, anak
bangun sesudah kencing sedikit dan mungkin mengompol lebih jarang.
Akhirnya, keperluan untuk kencing membangunkan anak sebelum mengompol.
Kebanyakan orang tua mengetahui bahwa alarm bisa dihilangkan setelah
periode tidak mengompol selama 3 minggu.
Jika mengompol berlanjut pada anak yang lebih tua setelah alarm dan
pemberian reward diuji, dokter mungkin meresepkan imipramine. Imipramine
adalah obat antidepresi tetapi dipakai untuk mengatasi mengompol karena
mengendurkan kandung kemih dan mengetatkan sphincter sehingga
menghalangi air kencing mengalir. kapan imipramine bekerja, biasanya
bekerja pada minggu pertama pengobatan. Respon cepat ini adalah
satu-satunya keuntungan nyata obat ini, khususnya jika orang-tua dan
anak merasa mereka perlu melenyapkan masalah dengan cepat. Sesudah 1
bulan tidak mengompol, dosis obat dikurangi selama 2 sampai 4 minggu,
kemudian berhenti. Tetapi, sekitar 75% dari anak akhirnya mulai
mengompol lagi. Jika ini terjadi, pengobatan selama 3 bulan dapat
dicoba.
Obat yang semakin populer untuk mengompol ialah tablet atau semprot
hidung desmopressin. Obat ini mengurangi jumlah air kencing, sehingga
mengurangi mengompol. Obat ini digunakan selama periode 1 sampai 3 bulan
lalu berhenti secepat mungkin. Bisa dipakai sewaktu-waktu, seperti
kalau anak pergi berkemah.
Kebiasaan Menghentikan Nafas
Kebiasaan berhenti nafas adalah
episode dimana anak berhenti bernafas dan kehilangan kesadaran untuk
waktu yang pendek secara tiba-tiba sesudah peristiwa menakutkan atau
mengganggu secara emosional.
Kebiasaan berhenti nafas terjadi pada 5% dari anak yang sehat. Mereka
biasanya memulai pada usia dua tahun. Kebiasaan ini menghilang menjelang
usia 4 tahun pada 50% dari anak dan menjelang usia 8 tahun pada sekitar
83% dari anak. Sebanyak 17% dari anak yang terus melakuam kebiasaan
berhenti nafas hingga dewasa kehilangan kesadaran sebagai reaksi sampai
stres emosional. Kebiasaan berhenti nafas dapat terjadi dalam satu atau
dua bentuk.
Bentuk Cyanotic menahan nafas, yang paling sering terjadi, diinisiasikan
secara bawah sadar oleh anak usia muda sering sebagai bagian tingkah
marah atau respon pada peristiwa dimaki atau yang mengganggu lainnya.
Episode tertinggi pada usia 2 tahun dan jarang terjadi sesudah 5 tahun.
Selama episode, seorang anak menahan nafasnya (secara tanpa sadar
dilakukan dia olehnya) sampai dia kehilangan kesadaran. Biasanya, anak
menangis, mengeluarkan nafas, lalu berhenti bernafas. Seketika setelah
itu, kulit anak mulai menjadi biru dan dia menjadi tak sadar. Pingsan
mungkin terjadi. Setelah kehilangan kesadaran (yang secara umum bertahan
hanya beberapa detik), pernafasan mulai lagi dan warna kulit normal dan
kesadaran kembali. Mungkin dapat menyela episode dengan menempelkan
sehelai lap dingin ke muka anak sewaktu menahan nafas mulai. Meskipun
kejadian ini menakutkan, orang-tua harus mencoba menghindari memperkuat
prilaku penyebab pada jenis cyanotic. Sewaktu anak sembuh, orang-tua
sebaiknya menaruh anak dengan hati-hati di tempat tidur. Orang-tua
sebaiknya menerapkan peraturan rumahtangga; anak tidak bisa mempunyai
kekuasaan penuh rumah hanya karena kelakuan mengikuti tingkah marah
mereka. Mengalihkan perhatian anak dan menghindari situasi yang menyulut
kemarahan adalah strategi terbaik.
Bentuk pucat biasanya mengikuti pengalaman menyakitkan, seperti jatuh
dan membenturkan kepala atau tiba-tiba dikejutkan. Otak mengeluarkan
sinyal (melalui saraf vagus) yang dengan parah memperlambat laju
jantung, menghasilkan kehilangan kesadaran. Dengan begitu, pada bentuk
ini, kehilangan kesadaran dan penghentian pernafasan (dimana keduanya
sementara) diakibatkan oleh respon syaraf yang dikejutkan memicu
perlambatan jantung.
Anak berhenti bernafas, secara cepat kehilangan kesadaran, dan menjadi
pucat dan lemas. Pingsan mungkin terjadi. Jantung biasanya berdenyut
sangat lambat selama serangan. Sesudah serangan, jantung cepat lagi,
pernafasan mulai lagi, dan kesadaran kembali tanpa perlakuan apa pun.
Karena bentuk ini langka, jika serangan sering terjadi, evaluasi
diagnostik lebih jauh dan pengobatan mungkin diperlukan.